nerdsprod.com – Peusijuek adalah tradisi budaya yang masih dijaga oleh masyarakat Aceh sebagai salah satu ritual adat yang mengandung nilai syukur, doa, dan ikatan sosial. Tradisi ini biasanya dilakukan pada momen-momen penting seperti pernikahan, khitanan, menyambut pulang haji, saat menghuni rumah baru, saat memiliki kendaraaan baru, sampai dalam acara syukuran dan ketika ingin mengundang berkah di tengah masyarakat.
Pelaksanaan Peusijuek melibatkan berbagai unsur simbolik, seperti penyiraman air tepung, penggunaan beras, dan pula unsur daun-daunan sebagai bagian dari alat ritual. Sajian seperti leukat (nasi ketan) juga biasa hadir dalam prosesi ini, yang kemudian dibagikan kepada orang-orang yang hadir sebagai simbol kebersamaan dan saling berbagi. Orang tua adat, tokoh agama seperti tengku atau ustadz, biasanya memimpin ritual dengan doa yang berakar dari Islam, meskipun akar tradisinya sudah ada jauh sebelum masuknya Islam ke Aceh.
Nilai filosofis di balik Peusijuek sangat erat dengan rasa syukur, permohonan keselamatan, dan pengharapan hidup yang sejahtera. Melalui ritual ini, masyarakat Aceh mempererat silaturahmi, menguatkan rasa saling menghormati, dan menjaga keharmonisan dalam komunitas. Bahkan dalam konteks modern, Peusijuek tetap dianggap penting sebagai media penyatuan budaya dan identitas Aceh, terutama di tengah pengaruh globalisasi.
Meski demikian Peusijuek juga menghadapi tantangan: beberapa kelompok mempertanyakan apakah ritual ini sepenuhnya sesuai dengan ajaran agama, mengingat beberapa elemen ritual yang dianggap berakar dari kepercayaan lama. Akan tetapi masyarakat secara umum tetap menjaga tradisi ini, menyesuaikannya dengan nilai-nilai Islam tanpa menghilangkan elemen budaya sebagai warisan leluhur.
Peusijuek menunjukkan bahwa tradisi bukan hanya soal adat yang dipertahankan karena warisan, tapi menjadi sarana hidup bersama yang membawa makna spiritual, sosial, dan budaya. Bagi Aceh, ritual ini adalah jembatan antara masa lalu, kepercayaan, dan kehidupan kontemporer — sebuah representasi bahwa dalam tradisi ditemukan kekuatan untuk merawat kebersamaan sekaligus iman.