nerdsprod.com – Pada Juli 2025, sebuah terobosan luar biasa dalam dunia neuroteknologi mencuri perhatian dunia. Audrey Crews, seorang wanita yang telah lumpuh total (quadriplegia) selama 20 tahun akibat kecelakaan mobil pada usia 16 tahun, berhasil menulis namanya menggunakan pikirannya melalui implan otak Neuralink. Yang membuat pencapaian ini semakin menakjubkan adalah kemampuannya untuk menulis tanpa menggunakan kursor, sebuah langkah maju dalam teknologi antarmuka otak-komputer (brain-computer interface atau BCI).
Latar Belakang Audrey Crews
Audrey Crews, yang mengidentifikasi dirinya sebagai pasien “P9” dalam studi PRIME (Precise Robotically Implanted Brain-Computer Interface) Neuralink, kehilangan kemampuan motoriknya setelah kecelakaan yang merusak tulang belakang lehernya (vertebra C4 dan C5). Selama dua dekade, ia tidak dapat menulis, menggambar, atau melakukan aktivitas fisik lainnya. Namun, pada Juli 2025, Audrey menjalani operasi implan Neuralink di University of Miami Health Center, yang mengubah hidupnya.
Dalam postingan di X, Audrey berbagi kegembiraannya: “Saya mencoba menulis nama saya untuk pertama kalinya dalam 20 tahun. Masih belajar. Lol #Neuralink.” Ia juga mengunggah gambar tanda tangan digitalnya yang bertuliskan “Audrey” dengan warna ungu, ditulis sepenuhnya melalui pikiran tanpa bantuan kursor tradisional.
Teknologi Neuralink: Bagaimana Ini Bekerja?
Neuralink, perusahaan neuroteknologi yang didirikan oleh Elon Musk pada 2016, mengembangkan implan BCI untuk menghubungkan otak manusia dengan perangkat digital. Implan N1, seukuran koin, ditanamkan di korteks motorik otak melalui prosedur bedah yang dibantu robot. Implan ini memiliki 1.024 elektroda yang terhubung melalui 128 benang ultra-tipis—lebih tipis dari rambut manusia—untuk mendeteksi sinyal saraf dengan presisi tinggi.
Dalam kasus Audrey, implan N1 ditempatkan di korteks motoriknya, area otak yang mengontrol niat gerakan. Meskipun tubuhnya tidak dapat bergerak, korteks motoriknya tetap aktif, menghasilkan sinyal saraf saat ia membayangkan gerakan seperti menulis. Sinyal ini ditangkap oleh implan, dikirim melalui Bluetooth ke perangkat lunak Neuralink, dan diterjemahkan menjadi perintah digital. Berbeda dari pendekatan BCI sebelumnya yang mengandalkan kursor untuk navigasi, teknologi Neuralink memungkinkan Audrey untuk langsung “menulis” dengan memvisualisasikan gerakan tangan, menghasilkan tulisan tangan digital tanpa perantara kursor.
Menurut laporan Neuralink Juli 2025, Audrey mencapai kecepatan mengetik 15 karakter per menit dengan akurasi 94%, jauh melampaui teknologi BCI sebelumnya seperti BrainGate yang hanya mencapai sepertiga dari performa ini.
Pencapaian Tanpa Kursor: Mengapa Ini Penting?
Kemampuan Audrey untuk menulis namanya tanpa kursor menandai lompatan besar dalam teknologi BCI. Dalam sistem BCI tradisional, pengguna mengontrol kursor di layar untuk memilih huruf atau menggambar, yang sering kali lambat dan memerlukan pelatihan intensif. Neuralink, dengan jumlah elektroda yang jauh lebih banyak dan desain nirkabel, memungkinkan interpretasi sinyal otak yang lebih kompleks, seperti gerakan menulis tangan. Ini berarti Audrey dapat “menggambar” huruf langsung di layar hanya dengan membayangkan gerakan tangan, menciptakan pengalaman yang lebih alami dan intuitif.
Elon Musk mengomentari pencapaian ini di X, menulis, “Dia mengendalikan komputernya hanya dengan berpikir. Kebanyakan orang tidak menyadari ini mungkin.” Komentar ini mendapat lebih dari 10 juta tampilan, mencerminkan antusiasme publik terhadap potensi teknologi ini.
Selain menulis, Audrey juga mendemonstrasikan kemampuan menggambar hati, bunga, dan wajah sederhana, serta menggunakan fungsi seperti scroll dan mengetik, semuanya melalui pikiran. Ia menjelaskan prosesnya dengan analogi: “Bayangkan jari telunjuk Anda adalah klik kiri dan pergerakan kursor seperti pergelangan tangan, tapi tanpa gerakan fisik. Hanya hari biasa menggunakan telepati.”
Dampak dan Tantangan ke Depan
Pencapaian Audrey bukan hanya kemenangan pribadi, tetapi juga langkah menuju otonomi digital bagi individu dengan kelumpuhan berat atau kondisi neurologis seperti ALS. Neuralink bertujuan untuk memperluas aplikasi BCI, termasuk pengembangan Blindsight, implan untuk membantu orang buta mengenali wajah atau menavigasi lingkungan.
Namun, tantangan tetap ada. Para ahli seperti Dr. Leigh Hochberg dari Brown University menyoroti perlunya mengatasi keterbatasan bandwidth dan memastikan ketahanan implan dalam jangka panjang. Selain itu, Neuralink perlu memperluas uji klinis—dengan target 10 pasien pada 2026—untuk mendapatkan persetujuan FDA penuh, dengan perkiraan ketersediaan komersial setelah 2030.
Beberapa kritikus, seperti Thiago Arzua dari Medical College of Wisconsin, berargumen bahwa teknologi Neuralink tidak sepenuhnya baru, karena konsep BCI telah ada sejak 50 tahun lalu. Namun, desain nirkabel dan jumlah elektroda yang lebih banyak menandakan kemajuan teknik yang signifikan.
Harapan Audrey dan Masa Depan BCI
Audrey berharap dapat menulis buku tentang perjalanannya sebagai quadriplegic, sebuah impian yang kini lebih mungkin berkat Neuralink. “Saya lumpuh sejak usia 16, jadi saya punya banyak cerita untuk diceritakan,” katanya di X. Ia juga aktif berinteraksi dengan pengguna X, menerima permintaan untuk menggambar dan berbagi kemajuannya, menunjukkan potensi BCI untuk meningkatkan kualitas hidup.
Keberhasilan Audrey adalah bukti bahwa Neuralink tidak hanya tentang teknologi futuristik, tetapi juga tentang mengembalikan harapan dan kemampuan kepada mereka yang telah kehilangan fungsi dasar. Dengan uji klinis yang kini diperluas ke Inggris melalui kemitraan dengan UCLH dan Newcastle Hospitals, Neuralink bergerak menuju misi global untuk mengatasi gangguan neurologis.
Kesimpulan
Kisah Audrey Crews yang menulis namanya tanpa kursor menggunakan implan Neuralink adalah tonggak sejarah dalam neuroteknologi. Teknologi ini tidak hanya mengembalikan kemampuan yang hilang, tetapi juga membuka pintu menuju masa depan di mana manusia dan mesin dapat terhubung secara lebih alami. Meskipun tantangan teknis dan etis masih ada, pencapaian ini menunjukkan bahwa mimpi untuk mengendalikan dunia digital hanya dengan pikiran kini semakin dekat menjadi kenyataan.